Sukses

Daftar 11 Maskapai Tinggal Sejarah, Tak Lagi Terbangi Langit Indonesia

Berbagai kondisi seperti pengelolaan yang kurang mumpuni, masalah keuangan membuat beberapa maskapai penerbangan menyerah menerbangi langit Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Transportasi udara menjadi andalan masyarakat Indonesia sejak lama menggapai wilayah Nusantara yang terpisahkan pulau. Bisnis maskapai penerbangan pun menjadi ceruk usaha menjanjikan yang dilirik mereka yang berduit.

Tak heran kemudian bermunculan maskapai penerbangan nasional, setelah kelahiran Garuda Indonesia yang menjadi pelopor transportasi udara di Indonesia.

Sayangnya ternyata karena berbagai kondisi seperti pengelolaan yang kurang mumpuni, masalah keuangan membuat beberapa maskapai penerbangan menyerah menerbangi langit Indonesia.

Dirangkum Liputan6.com, Kamis (23/2/2023), berikut 11 maskapai penerbangan yang tinggal sejarah di Indonesia:

  1. Merpati Nusantara Airlines
  2. Bouraq Airlines
  3. Adam Air
  4. Batavia Air
  5. Linus Airways
  6. Mandala Airlines
  7. Sempati Air
  8. Bali Air
  9. Jatayu Airlines
  10. Awair Airlines
  11. Star Air

Berikut sekelumit perjalanan cerita maskapai tersebut:

1. Merpati Nusantara Airlines

Selain Garuda Indonesia, Merpati merupakan maskapai penerbangan milik pemerintah yang sempat menjadi kebanggaan dan telah beroperasi sejak era Presiden Soekarno. Tepatnya maskapai ini didirikan pada 1962.

Namun kemudian maskapai ini mengalami kesulitan keuangan sehingga berhenti beroperasi pada 2014. Di 2023 ini, Merpati Nusantara akhirnya benar-benar tinggal nama.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi membubarkan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero). Pembubaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) aviasi ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 tahun 2023 tengan Pembubaran Perusahaan Perseroan(Persero) PT Merpati Nusantara Airlines.

Dikutip dari PP No 8/2023, pembubaran tersebut dilakukan berdasarkan putusan Pengadian Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya pada 2 Juni 2022 yang menyatakan bahwa Merpati telah pailit karena berada dalam keadaan insolvensi. Berdasarkan Perppu Cipta Kerja, pailit yang berada dalam keadaan insolvensi tersebut menjadi alasan pembubaran.

“Perusahaan Perseroan (Persero) PT Merpati Nusantara Airlines yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 197 L tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Negara (P.N.) Perhubungan Udara Daerah dan Penerbangan Serbaguna ‘Merpati Nusantara’ menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) bubar karena dinyatakan pailit,” bunyi Pasal 1 PP Nomor 8 Tahun 2023. 

2. Bouraq Indonesia Airlines

Bouraq lahir pada 1970. Maskapai ini didirikan pengusaha bernama Jerri A Sumendap. Kepak sayap Bouraq  semakin membesar ditandai dengan langkah perusahaan yang mendirikan anak perusahaan Bali Air tahun 1972. Awan gelap menghampiri ketika Bouraq harus berhadapanan dengan persoalan yang jauh lebih besar, krisis moneter 1998.

Dengan berbagai masalah mendera, Akhrinya, 25 Juli 2005 pesawat hijau Toska yang selama ini menghiasi langit Nusantara tak tampak lagi.

 

2 dari 5 halaman

3. Adam Air

Berdiri 2002, Adam Air mulai mengudara di 2003. Perusahaan bernama lengkap Adam PT SkyConnection Airlines ini didirikan pada 22 November 2002 oleh mantan anggota DPR Agung Laksono dan mitranya Sandra Ang.

Di tahun-tahun pertamanya, Adam Air memang menunjukan diri sebagai maskapai penerbangan murah di Indonesia.

Nahas, Senin, 1 Januari 2007, pesawat Boeing 737-4Q8 hilang tak berjejak. Pesawat membawa 96 penumpang dan 6 orang awak pesawat. Kendati koordinat pesawat nahas sudah diketahui, korban tak bisa diangkat.

Tepat pada 18 Juni 2008, karier Adam Air, maskapai murah yang pernah menjadi terbaik di Indonesia, akhirnya berakhir. Pemerintah mencabut AOC Adam Air sekaligus larang terbang secara permanen dan sejak itu tidak ada lagi Adam Air di Indonesia.

4. Batavia Air

Semula namanya adalah Metro Batavia berdiri sejak 2001 dan baru mulai beroperasi penuh pada Januari 2002 setelah mengantongi Air Operator Certification (AOC). Batavia Air mulai beroperasi pada 5 Januari 2002.

Batavia Air justru berawal dari usaha biro perjalanan keluarga sejak 1973. Riset OSK Research menemukan, pemilik Batavia Air, Yudiawan Tansari merupakan pengusaha biro perjalanan dengan bendera PT Setia Sarana tour & Travel.

Hingga 31 Januari 2013, Batavia Air telah mengoperasikan pesawat yang melayani 42 rute penerbangan dengan basis bisnis di Jakarta dan Surabaya.

Awan gelap menggelayuti ketika Riset OSK Research menunjukkan, Batavia Air terlilit tumpukan utang dan hanya memiliki margin bersih sebesar 0,8% pada 2011. Riset juga memperlihatkan bahwa perusahaan keluarga ini tidak dikelola secara benar.

Akhirnya Batavia Air menyerah. Tanggal 30 Januari 2013 Pengadilan Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan PT Metro Batavia dinyatakan tak lagi beroperasi.

5. Sempati Air

Perusahaan yang didirikan pada Desember 1968, awalnya hanya merupakan angkutan sewaan para pekerja Minyak dan Gas Bumi (Migas). PT Tri Utama Bhakti (Truba) merupakan pendiri awal dari perusahaan yang diberi nama PT Sempati Air Transport.

Pada akhir 1989, Sempati melayani penerbangan charter dan berjadwal dengan tujuan ke Pontianak, Bangka, Belitung, Tanjungpinang, Pekanbaru, dan Malaka, Malaysia.

Pada penghujung 1980-an, Sempati Air kedatangan investor baru. Adalah Hutama Mandala Putra atau yang terkenal dengan panggilan Tommy Soeharto, yang masuk menjadi salah satu investor. 

Selain itu ada juga Nusantara Ampera Bakti (Nusamba) lewat tokohnya Bob Hasan yang mengantongi saham 35%, Truba (40%), dan Humpuss (25%).

Badai Krismon ini pula yang menghempaskan Sempati yang memilih menghentikan seluruh operasi penerbangan dan memberhentikan karyawan. Tanggal 5 Juni 1998, Sempati secara resmi tidak terbang lagi.

 

 

3 dari 5 halaman

6. Jatayu Gelang Sejahtera (Jatayu)

Jatayu Gelang Sejahtera atau Jatayu Airlines didirikan pengusaha asal Yogyakarta, Suntinah. Kemudian berpindah ke Wienardi Lie (CEO Trophy Tour & travel). Berbasis di Jakarta, Jatayu melayani penerbangan domestik dan internasional sejak 2000.

Sayangnya ketidakmampuan perusahaan memenuhi sejumlah kualifikasi keselamatan penerbangan, memaksa pemerintah mencabut izin terbang atau AOC pada 26 Juni 2007.

7. Linus Airways

Linus Airways berdiri pada tahun 2004.  Linus Airways adalah salah satu maskapai penerbangan regional Indonesia. LINUS sendiri merupakan kependekan dari "Lintasan Nusantara".

Linus Airways berbadan hukum perseroan PT Linus Airways sejak 1 Juni 2004 ini, baru mengantongi izin terbang (Air Operator Certificate/AOC) no 121-029 dari Departemen Perhubungan sejak 13 Februari 2008.

Dikarenakan alasan kesulitan likuiditas maka terpaksa pemerintah secara resmi telah mencabut izin rute Linus Air, sehingga menghentikan layanannya sejak 27 April 2009.

 

4 dari 5 halaman

8. Mandala Airlines

Maskapai ini kemudian bernama Tigerair Mandala, pertama kali beroperasi pada 17 April 1969. Maskapai ini kemudian dibeli oleh Indigo Partners dan Cardig International tahun 2006.

Sayang karena masalah utang, maskapai ini berhenti beroperasi pada tanggal 12 Januari 2011. Namun akhirnya, maskapai nasional berumur 40 tahun itu "tutup usia" pada 1 Juli 2014. Lagi-lagi masalahnya karena kondisi keuangan.

9. Awair

Air Wagon Internasional Airline (Awair) didirkan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid bersama beberapa orang. Maskapai ini memperoleh izin dari Departemen Perhubungan pada 2000.

Sejak dipastikan melenggang sebagai orang nomor satu di Indonesia, Gus Dur memilih mundur dari Awair dan menyisakan empat orang pendiri dalam jajaran perusahaan. Enam bulan setelah Gus Dur muncur, langkah yang sama diambil pendiri lainnya. Otomatis daftar pendiri Awair tinggal tersisa tiga orang.

Maskapai penerbangan ini pun hanya bisa melayani pengguna jasa angkutan udara selama setahun sejak memperoleh izin. Awair akhirnya terpaksa menghentikan operasional bisnisnya.

Berbeda dengan maskapai lain, nasib beruntung menaungi Awair yang diambil alih oleh Air Asia, kemudian mengganti nama Awair menjadi PT Indonesia Air Asia.

 

5 dari 5 halaman

10. Star Air

Star Air adalah maskapai penerbangan yang berdiri tahun 2000. Namun, seperti beberapa maskapai swasta Indonesia lainnya maskapai ini dicabut lisensinya oleh pemerintah tahun 2005 karena tidak aktif (menghentikan operasi). Hal ini yang membuat Star Air akhirnya tak terbang lagi.

11. Bali Air

Maskapai ini berbasis di Jakarta, Indonesia. Pemiliknya adalah Jarry Albert yang berasal dari Manado yang tak lain juga merupakan pemilik dari Bouraq Airlines. Perusahaan penerbangan ini berdiri tahun 1973, tetapi sejak februari 2007 operasinya telah dihentikan.

Setelah sebelumnya Departemen Perhubungan, pada bulan Februari 2005, menunda pembatalan lisensi dari 11 maskapai penerbangan yang menganggur, termasuk Bali Air.